Selayang Pandang

DEMOGRAFI & GEOGRAFI KABUPATEN BANDUNG


Secara demografi, persebaran penduduk di Kabupaten Bandung cenderung terkonsentrasi di bagian utara dengan kepadatan penduduk tinggi dan menegah. Kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Bandung dibagi ke dalam 5 kategori, yaitu kepadatan penduduk 0-2499 jiwa/km2, 2500-4999 jiwa/km2, 5000-7499 jiwa/km2, 7500-9999 jiwa/km2, dan >10000 jiwa/km2.

Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Margahayu dan Kecamatan Dayeuhkolot dengan kepadatan penduduk lebih dari 10.000 jiwa/km2. Sementara sebagian besar kecamatan lainnya berada pada kategori kepadatan penduduk rendah dengan kepadatan penduduk 0-2499 jiwa/km2. Peta persebaran penduduk Kabupaten Bandung dapat dilihat lebih rinci pada Gambar 2.12. Berdasarkan jenis kelamin, diperoleh jumlah penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2015 sebanyak 3.534.111 jiwa (RPJMD Kab, Bandung Tahun 2016-2021). Jumlah ini terdiri dari laki-laki sebanyak 1.792.864 jiwa (50,73%) dan perempuan sebanyak 1.741.248 jiwa (49,27%). Jumlah ini meningkat 1,8% dibandingkan tahun 2014.

Dari jumlah penduduk tersebut diatas, terdapat angka beban ketergantungan (dependency ratio) sebesar 51,13% pada tahun 2015, yang berarti setiap 100 penduduk produktif harus menanggung 51 orang penduduk tidak produktif. Angka ini merupakan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang memiliki angka ketergantungan sebesar 41,47%. Komposisi usia produktif menurut jenis kelamin pada tahun 2015 digambarkan dalam diagram piramida berikut ini.


Sumber RPJMD Kabupaten Bandung 2016-2021

Jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Bandung yang mencapai 176.238,67 Ha atau 1.762,39 km2, rata-rata kepadatan penduduk mencapai 1.901 jiwa/km2. Hal ini berarti terdapat 1.901 orang yang menghuni 1 km2 wilayah. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, kepadatan penduduk tahun 2012 meningkat sebesar 29 jiwa/km2. Peningkatan kepadatan penduduk per tahun ini disebabkan bertambahnya jumlah penduduk, yang ditunjukkan dengan besarnya laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,55%, dengan asumsi jumlah lahan tidak berubah.


Sumber RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2016-2021

Sumberdaya Manusia

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah.Hal ini dapat disadari oleh karena manusia sebagai subyek dan obyek dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut, maka pembangunan SDM diarahkan agar benar-benar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional.Disamping itu juga mampu memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional.

Kualitas sumberdaya manusia juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah.Indikator kualitas sumberdaya manusia dalam rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk untuk melihat sejauhmana beban ketergantungan penduduk.

1. Kualitas Tenaga Kerja (Rasio Lulusan S1/S2/S3)

Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan daerah adalah menyangkut kualitas sumber daya manusia (SDM).Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri dan di luar negeri.Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya.Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaiakan S1, S2 dan S3.

PERDAGANGAN & INDUSTRI

Salah satu aspek yang penting dalam perdagangan adalah perlindungan dan pengamanan perdagangan/perlindungan konsumen. Perdagangan di Kabupaten Bandung diupayakan dapat meningkatkan kesiapan dalam menghadapi persaingan perdagangan global yang akan diberlakukan pada tahun 2015.

Selama ini perdagangan di Kabupaten Bandung sangat berperan penting dalam peningkatan pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja lokal, pemberdayaan sumber daya lokal serta mengembangkan usaha kecil, mikro dan koperasi.
Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan perdagangan dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai
berikut.

Dari tabel di atas, jumlah penyelesaian kasus dalam fasilitasi advokasi perlindungan konsumen mengalami
peningkatan dari tahun 2012 sebanyak 10 kasus menjadi 35 kasus pada tahun 2013, atau mengalami
penambahan sebesar 250%.

Jumlah nilai eksporbarang dan jasa (US$) mengalami penurunan dari tahun 2012 sebesar US$ 833.686.178,32
menjadi US$ 821.019.618,92 pada tahun 2013, atau mengalami penurunan sebesar 1,52%. Sementara jumlah
pasar tradisional yang sudah ditatamengalami peningkatan dari tahun 2012 sebanyak 5 lokasi
menjadi 7 lokasi pada tahun 2013, atau mengalami penambahan sebesar 40,0%.

Kecenderungan membaiknya perekonomian nasional dan regional merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan sektor industri. Sektor industri di Kabupaten Bandung mempunyai kontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten Bandung, terutama industri olahan. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan perindustrian dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut.

Dari tabel di atas, pada industri kecil jumlah pelaku usaha non formal mengalami penurunan dari tahun 2012
sebanyak 4.070 unit menjadi 3.927 unit pada tahun 2013, sedangkan jumlah industri kecil formal mengalami
peningkatan dari tahun 2012 sebanyak 7 unit menjadi 140 unit pada tahun 2013. Perubahan ini disebabkan beberapa industri kecil non formal beralih menjadi industri kecil formal.

Pada industri menengah jumlah pelaku usaha mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2012 sebanyak 3 unit menjadi 270 unit pada tahun 2013, hal ini juga terjadi pada jumlah industri besar mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebanyak 14 unit menjadi 302 unit pada tahun 2013.
Sumber : RKPD Kabupaten Bandung Tahun 2016.