JAKARTA, — Ekonomi Indonesia sudah menggeliat sejak Juni 2020, saat pembatasan sosial dilonggarkan. Perkembangan itu terlihat pada Indeks Manufaktur (Purchasing Managers’ Index –PMI) yang meningkat dari 39,1 pada Juni menjadi 46,9 pada Juli, dan menyentuh 50,8 pada Agustus 2020.
Menanggapi hasil PMI Manufaktur Agustus 2020, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, hasil itu merupakan kabar gembira, karena artinya salah satu indikator perekonomian nasional mulai merangkak naik.
“Capaian ini harus kita jaga dan terus ditingkatkan dengan tetap fokus dan kerja keras dalam upaya pemulihan ekonomi nasional,” kata dia.
Menperin menegaskan, aktivitas sektor industri harus tetap memperhatikan terhadap penerapan protokol kesehatan yang ketat. Kemenperin telah mewajibkan kepada perusahaan industri untuk aktif melaporkan penerapan protokol kesehatan secara online melalui portal Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas).
“Capaian positif pada PMI ini juga menunjukkan bahwa langkah pemerintah dalam melakukan mitigasi di sektor industri manufaktur saat pandemi Covid- 19 sudah sesuai,” jelas Agus. Dia menerangkan, rata-rata PMI Manufaktur pada Juli- Agustus 2020 sebesar 48,8 juga mengindikasikan kondisi lebih baik ketimbang kuartal II-2020.
Kemenperin akan terus mengawal sektor industri manufaktur nasional agar dapat tumbuh positif dan nantinya dapat sepenuhnya pulih dari tekanan dampak pandemi Covid-19. “Kebijakan- kebijakan yang sudah Kemenperin keluarkan tentu juga akan dievaluasi efektivitasnya dan akan kami sesuaikan dengan kondisi di sektor industri,” papar Menteri AGK.
Lebih lanjut, Menperin memandang peningkatan level PMI Manufaktur Indonesia juga disokong oleh implementasi adaptasi kebiasaan baru yang secara bertahap meningkatkan kegiatan operasional sektor industri.
“Sejak Indonesia masuk ke dalam fase transisi, yaitu adaptasi kebiasaan baru, angka PMI kita terus mengalami peningkatan dari 39,1 di bulan Juni, kemudian 46,9 di Juli dan 50,8 di Agustus,” ucap Agus.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional, Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan, PMI yang meningkat di bulan ini hanya berarti bahwa dalam satu bulan ke depan akan ada ekspansi produksi disbanding bulan lalu. Namun ekspansinya juga tidak akan terlalu besar karena confidence pasarnya tidak tinggi dan daya konsumsi pasarnya juga tidak sebesar itu.
“Jadi masih sangat jauh di bawah kondisi sebelum PSBB,” ucap dia.
Bahkan Kadin memperkirakan pada industri-industri tertentu masih akan terus produksi di bawah level produksi sebelum PSBB hingga setahun ke depan. Ini karena jenis output industrinya yang lebih tersier atau luxurious, sehingga jauh lebih sulit diserap pasar dalam waktu dekat.
“Jadi perlu waktu untuk kita kembali produksi normal ke level sebelum PSBB atau sebelum pandemi,” ujar Shinta. Dia mengungkapkan, pihaknya optimis outlook September dan Kuaratl IV-2020 akan lebih baik. Alasannya, pada akhir tahun akan ada dua pendorong yang bisa menggerakkan ekonomi, yakni belanja pemerintah dan kelancaran stimulus secara besar-besaran.
“Semua kementerian dan lembaga di level pusat dan daerah harus menghabiskan anggaran sebelum akhir tahun. Sehingga stimulus dan belanja pemerintah di Kuartal IV akan jauh lebih lancar dibanding yang terjadi hingga saat ini,” ucap dia.
Namun demikian, lanjut dia, ini juga tergantung pada pengendalian Covid-19 dan bagaimana pemulihan confidence pasar domestic bisa menciptakan demand yang umumnya naik menjelang akhir tahun. Shinta mengingatkan kalau Covid semakin tidak terkendali dan outlook iklim usaha dan investasi masih sama saja, kelancaran stimulus konsumsi bagi masyarakat tidak akan berpengaruh banyak terhadap demand menjelang akhir tahun.
“Ini karena tidak ada jaminan penciptaan lapangan kerja dan pendapatan bagi masyarakat yang bisa menciptakan demand konsumsi yang lebih tinggi,” pungkas dia.
Dibandingkan negara-negara Asean lainnya, PMI Manufaktur Indonesia pada Agustus lebih unggul dari indeks manufaktur Malaysia yang tercatat di level 49,3. Kemudian, PMI manufaktur Thailand berada di angka 49,7. Berikutnya, Filipina dan Vietnam mencatatkan penurunan indeks selama Agustus, masingmasing di angka 47,3 dan 45,7. Sedangkan, Singapura berada di angka 43,0.
Sementara itu, untuk PMI Manufaktur Korea Selatan menempati posisi 48,5 dan PMI manufaktur Jepang menyentuh angka 47,2 pada Agustus 2020.
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul “Kenaikan PMI Kabar Gembira Perekonomian”