Jakarta – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita bertemu dengan Menteri Industri dan Sumber Daya Mineral Kerajaan Arab Saudi, Bandar Al-Khorayef. Pertemuan berlangsung di Kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Jakarta, Rabu (16/4/2025).
Usai pertemuan, Menperin menyampaikan, dirinya bersama Menteri Industri dan Sumber Daya Mineral Kerajaan Arab Saudi membahas soal ketidakpastian global saat ini. Utamanya imbas gebrakan Trump seperti tarif resiprokal yang menggegerkan dunia.
“Menurut pandangan kami, kunjungan dari Menteri Saudi Arabia tersebut timing-nya sangat-sangat tepat. Itu didasari dari perkembangan geoekonomi dan geopolitik, yang saya yakin juga semua negara di dunia termasuk dari dia, menganggap bahwa global uncertainty ini harus menjadi perhatian kita semua,” ujarnya.
Kedua negara juga sepaham, untuk lebih mencermati dan mencari sikap yang tepat guna memitigasi bakal kebijakan Trump lainnya.
“Oleh sebab itu, untuk menghadapi global uncertainty ini, kami sepakat bahwa salah satu cara untuk memitigasinya adalah penguatan bekerjasama antara kedua negara,” Menperin menambahkan.
Menurut laporan yang diterimanya, angka perdagangan antara Indonesia dengan Arab Saudi saat ini masih terhitung kecil, hanya USD 3,3 miliar.
“Melihat kekuatan ekonomi dari kedua negara, kita sama-sama anggota G20, dan juga investasinya dari Saudi ke Indonesia juga relatif sangat rendah,” kata Menperin.
Sehingga, ia melihat potensi berkembangnya perdagangan Indonesia-Arab Saudi masih luas sekali. Menperin pun meyakini, keduanya merupakan negara yang akan saling mengisi, bukan bersaing.
“Saudi relatif baru memulai program industrialisasinya, dan itu membuat Indonesia yang sudah relatif lebih panjang dalam membangun industri di dalam negerinya. Itu bisa dijadikan model bagaimana Indonesia dalam pengalaman berpuluh-puluh tahun ini membangun industri manufakturnya. Ini yang tadi juga dibicarakan oleh pihak Saudi,” tuturnya.
Bicara soal angka, dari total neraca dagang senilai USD 3,3 miliar, Indonesia masih mencatat defisit dari transaksi dengan Arab Saudi. Lantaran Indonesia masih banyak bergantung dari impor minyak mentah dari negara Timur Tengah tersebut.
“Saya tidak bicara soal surplus atau deficit, karena memang faktanya kita deficit. Cuman itu mungkin dikarenakan karena import oil kita dari Saudi cukup besar. Itu adalah komponen terbesar dari dagang antara Saudi dan Indonesia,” pungkas Menperin.