Jakarta, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) aktif memacu pertumbuhan usaha rintisan (startup) agar dapat menopang pengembangan sektor industri di dalam negeri, termasuk industri kecil menengah (IKM). Untuk itu, Kemenperin merasa perlu mewujudkan ekosistem startup di Indonesia yang didukung oleh sinergi pemerintah, swasta, dan akademisi.
Menurut Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Gati Wibawaningsih, Indonesia merupakan salah satu pasar yang besar dan potensial untuk pengembangan teknologi digital.
“Oleh karena itu, pemerintah telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai kesiapan kita memasuki era industri 4.0,” ujar Gati.
Merujuk laporan Global Startup Ecosystem Report (GSER) 2020, Indonesia berada di peringkat kedua Top 100 Emerging Ecosystem. Artinya, Indonesia menjadi salah satu negara yang dilirik investor untuk memberikan investasinya pada startup lokal.
Menanggapi hal tersebut, menurut Gati, adapun langkah strategis yang telah dijalankan Kemenperin guna menumbuhkan startup di dalam negeri, antara lain adalah menyelenggarakan program Startup4Industry pada tahun 2018 dan 2019 lalu. Kegiatan ini berhasil menorehkan sejumlah pencapaian gemilang, di antaranya jumlah peserta kompetisi yang mencapai 220 startup.
“Selain itu, terdapat 15 proyek implementasi yang sudah dikerjakan startup di 26 sektor IKM dengan memakai solusi teknologi dari startup binaan kami,” ujar Gati.
Berikutnya, kata Gati, MSMB selaku finalis Startup4Industry tahun 2018, berhasil menjuarai Hermes Startup Award 2020 sebagai kompetisi tingkat internasional yang diselenggarakan pertama kali oleh Deutsche Messe, penyelenggara Hannover Messe.
Bahkan, terdapat startup binaan Kemenperin yang telah berkolaborasi dengan perusahaan IKM untuk penerapan teknologinya. Sebagai contoh, PT. Arkana Solusi Digital yang merupakan pemenang pertama Startup4Industry tahun 2019 di kategori Integrasi Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2015) pada modul Enterprise Resource Planning (ERP) berbasis Oodo, telah berkolaborasi dengan PT. Sinar Mulia Teknalum (Simultek). Kerja sama ini sebagai bentuk implementasi teknologi di sektor IKM guna mempermudah perencanaan dan pengelolaan sumber daya perusahaan serta mengintegrasikan semua divisi di dalam perusahaan.
“Kolaborasi ini merupakan bentuk implementasi dari program Startup4Industriy yang bertujuan agar teknologi ini dapat digunakan oleh sektor IKM sebagai problem solver,” ungkap Gati.
Menurut Gati, proses adaptasi yang diberikan dalam implementasi di PT Simultek ini, antara lain adalah menyiapkan perangkat IT dan jaringan internet, melakukan pelatihan SDM secara kontinyu, perubahan pola dan kebiasaan kerja, membiasakan manajer menyusun rencana kerja dan menjalankan rencana sesuai dengan jadwal.
Hasil implementasi teknologi tersebut meliputi pola kerja lebih tersistem dan efisien serta manajemen perusahaan terpantau secara real time. Di samping itu, terintegrasinya akuntansi, pembelian, penjualan, dan inventory manufacturing, serta adanya jaminan oleh sistem pre order (PO) yang dipesan oleh konsumen terjadwal dengan routing yang konstan dan selesai tepat waktu.
Sejak dirintis awal tahun 2010 di Sleman, PT. Simultek merupakan IKM yang memasok industri lokal dengan produk otomotif, spare part mesin, alat-alat rumah tangga dan barang-barang mebel dari logam. “Pemanfaatan industri 4.0 pada PT. Simultek diterapkan melalui penggunaan sistem ERP setelah melalui pendampingan dari Kemenperin yang bekerjasama dengan PT. Arkana Solusi Digital,” papar Gati.
Sebelumnya, Kemenperin juga telah meluncurkan program Startup4industry sebagai wujud nyata dalam penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0. Langkah strategis ini diyakini bisa menjembatani kebutuhan pelaku industri dan masyarakat terhadap peran startup sebagai technology provider.
“Kerja sama dengan pelaku startup diharapkan memberikan manfaat kepada sektor industri prioritas yang terdapat dalam roadmap Making Indonesia 4.0,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
Agus pun menjelaskan, bahwa dalam hal ini terdapat tujuh sektor yang akan menjadi pionir dalam implementasi industri 4.0 di tanah air, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, elektronik, farmasi, serta alat kesehatan.
“Kami juga berharap industri 4.0 membawa dampak sosial yang positif kepada masyarakat,” ungkap Agus.
Oleh karena itu, Agus optimis, bahwa Kemenperin bertekad tidak hanya mendorong upaya substitusi impor produk, tetapi juga pada penggunaan teknologi. “Sebagai langkah penting, pemerintah telah menetapkan target program substitusi impor sebesar 35% pada tahun 2022 yang juga dilakukan dalam akselerasi pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi Covid-19,” tegas Agus.
Lebih lanjut, Agus berharap, industri dapat bergegas untuk meraih berbagai potensi pasar baru yang akan muncul dari dampak pandemi. Hal ini sejalan dengan upaya transformasi digital, di mana kebutuhan inovasi teknologi di masyarakat dan industri akan semakin meningkat.
“Juga pada masa adaptasi kebiasaan baru ini yang mengharuskan adanya pembatasan sosial sehingga dapat dikatakan seluruh sendi perekonomian nasional teramat mengandalkan kemanfaatan teknologi,” ujar Agus.(***)